Translate

Woensdag 03 April 2013

Profile Steven J. Sasson Penemu Kamera Digital Pertamakali


Steven J. Sasson lahir 4 Juli 1950 di Brooklyn, New York Amerika, dia adalah seorang insinyur teknik listrik Amerika dan penemu kamera digital. Penemuan dimulai pada tahun 1975, Steven sasson mendapat tugas yang sangat berat dari atasannya Gareth A. Lloyd di Eastman Kodak Company, Mungkinkah kamera dibangun menggunakan elektronik solid state, pencitra solid state, sebuah sensor elektronik yang dikenal sebagai charge coupled device ( CCD ) yang mengumpulkan informasi optik.

Texas Instruments Inc telah merancang kamera elektronik pada tahun 1972 yang filmless tapi bukan digital, bukan analog yang menggunakan elektronik. Setelah pencarian literatur tentang digital imaging hampir tidak mendapatkan hasil, Sasson kemudian tertarik pada apa yang ada, konverter analog ke digital yang diadaptasi dari komponen Perusahaan Motorola, Kodak kamera film lensa dan CCD chip kecil diperkenalkan oleh Fairchild Semiconductor pada tahun 1973.

Dia mengatur dan membangun sirkuit digital dari awal, menggunakan pengukuran osiloskop sebagai panduan, Prototipe awal sebuah kamera digital pertama telah lahir, Tidak ada gambar untuk melihat seluruh prototipe. Pada Desember 1975, Sasson dan teknisi utamanya membujuk asisten laboratorium untuk berpose
untuk mereka. Gambar hitam -putih, ditangkap pada resolusi 0,01 megapixel (10.000 piksel ), mengambil 23 detik untuk merekam ke kaset digital dan lainnya 23 detik untuk membaca dari unit pemutaran ke televisi. Kemudian muncul di layar.


Sasson sekarang bekerja untuk melindungi hak intelektual dari perusahaannya, Eastman Kodak Company. Pada 17 November 2010, Presiden AS Barack Obama memberikan Sasson sebuah medali "National Medal of Technology and Innovation" di sebuah upacara di Ruang Timur Gedung Putih. Ini adalah kehormatan tertinggi yang diberikan oleh pemerintah AS untuk ilmuwan, insinyur, dan penemu.

Ibnu al-Haitham Penemu Kamera Pertama Dunia

Ibnu al-Haitham Seorang Muslim Penemu Kamera Pertama Dunia, penemuan al-Haitham ini jauh sebelum dunia barat mengenal kamera, Peletak prinsip kerja kamera itu adalah seorang saintis legendaris Muslim Pada akhir abad ke-10 M, al-Haitham berhasil menemukan sebuah kamera obscura. (the independent). 
Kamera obscura pertama kali dibuat ilmuwan Muslim, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham, yang lahir di Basra (965-1039 M) Maha karya al-Haitham yang paling menumental merupakan penemuan yang sangat inspiratif ini dilakukan al-Haithan bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar.
Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai ”ruang gelap”.
Prinsip Kerja Kamera
Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, sang fisikawan Muslim legendaris itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.
Obscura
Setelah penemuan Fenomenal al-Haitham ini, dunia barat mulai terinspirasi dan diperkenalkan pada abad 16 M, berturut-turut ilmuwan barat terinspirasi oleh penemuan al-Haitham yaitu Cardano Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti lobang bidik lensa dengan lensa (camera). Giovanni Batista della Porta (1535-1615 M). Joseph Kepler (1571 – 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).
Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah 900 tahun dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827. Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean dan mengembangkan plat-plat dalam perjalanan kamar gelapnya yang dikonversi gerbong. Kemudian pada tahun 1888, George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi

Sejarah Ditemukan Kamera

Sejarah Ditemukannya Kamera
Pesta ulang tahun, liburan bersama keluarga, ataupun berbagai moment penting lainnya sangat berharga untuk diabadikan. Tinggal ambil kamera atau kamera di handphone mu, dan “klik” moment berharga tersebut sudah dapat kalian abadikan. Nah, sebenarnya bagaimana sih awal mula ditemukan kamera? Apakah kamera tempo dulu bentuknya seperti kamera saat ini? Yuks kita menjelajah masa lalu..

Kamera merupakan alat yang berfungsi untuk menangkap dan mengabadikan gambar. Saat ini kamera dapat menghasilkan sebuah gambar yang dapat langsung kita lihat hasilnya, tidak seperti kamera pada awal mula ditemukannya yang membutuhkan berbagai proses sebelum kita dapat melihat hasilnya.

Kamera juga digunakan untuk menangkap objek yang sedang bergerak seperti kamera video, kamera mikro, kamera sensor dan lain sebagainya. Perkembangan kamera pun telah meliputi berbagai bidang, seperti pada bidang sinematografi, pendidikan, kedokteran, dan bahkan sampai pada bidang sistem pertahanan dan keamanan pun tidak terlepas dari penggunaan teknologi kamera ini.

Sebenarnya usaha manusia untuk mengabadikan apa yang dilihat oleh mata telah dimulai sejak 336 Sebelum Masehi (SM). Pada waktu itu Aristoteles memperkenalkan teknologi ‘lubang jarum’. Aristoteles mengatakan bahwa cahaya yang melewati lubang kecil akan membentuk kesan atau gambar atau image. Metode yang diperkenalkan Aristoteles inilah yang dijadikan prinsip dasar teori yang terus digunakan dalam pengembangan teknologi fotografi.

Sesuai dengan prinsip kerja tersebut pada abad ke-11 ditemukan kamera yang diberi nama Camera Obscura. Obscura berasa dari bahasa Latin yang berarti ruang gelap. Kamera ini berbentuk ruangan khusus yang di dalamnya dipantulkan cahaya yang terdiri dari dua lensa konveks. Camera obscura pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan muslim yang bernama Alhazen antara tahun 965-1039 Setelah Masehi. Sejak saat itu para ilmuwan arab telah disibukkan dengan penggunaan-penggunaan kamera tersebut.

Pada tahun 1267, camera obscura disempurnakan oleh Roger Bacon. Dia menambahkan beberapa cermin untuk memantulkan cahaya yang masuk lewat lubang. Hasil pantulan tersebut menciptakan proyeksi gambar kondisi di luar. Peristiwa proyeksi kondisi yang "dibawa" cahaya tersebut, disebut sebagai ilusi optikal.

Seorang matematikawan asal Italia, Gerolomo Cardano, antara tahun 1501-1576 memperkenalkan teknologi orbem e vitro, yang kemudian disebut sebagai nenek moyang lensa kamera. Teknologi ini menggunakan dua cermin cembung yang berfungsi sebagai lensa, sehingga cahaya yang masuk mengalami dua kali pemantulan.

Tahukah kamu bahwa lensa mempunyai peran yang penting pada sebuah kamera. Tanpa lensa, kamera tidak akan bisa mengambil gambar. Tugas lensa adalah mengambil cahaya dari subyek agar masuk ke dalam fokus sehingga bisa menghasilkan gambar yang bagus.

Pada tahun 1660-an ilmuwan Inggris yang bernama Robert Boyle dan asistennya Robert Hooke menemukan kamera portable (bisa dipindah-pindah) obscura. Pada tahun 1685, Penemuan mereka ini disempurnakan lagi oleh Johann Zahn. Kamera ini cukup praktis dan cukup kecil untuk dapat digunakan dalam bidang fotografi. Kamera ini sering kita lihat pada film-film bertema jaman dahulu. Kamera ini memakai lampu kliat yang meledak dan mengeluarkan asap. Dengan penemuan baru tersebut mulailah kamera dikenal oleh masyarakat luas.

Barulah pada akhir abad ke 16, seorang ilmuwan dan penulis bernama Giovanni Battista della Porta dari Itali mengembangkan camera obscura. Ia mencoba mengadakan eksperimen dengan menggunakan sebuah lensa sederhana untuk mempertajam proyeksi bayangan yang masuk melalui lubang. Walaupun hasilnya masih jauh dari sempurna, namun langkah ini telah menandai mulai digunakannya sebuah lensa dalam pengembangan camera obscura.

Pada abad ke-17, orang-orang berpendapat bahwa tidak bisa sembarang lensa yang bisa digunakan pada camera obscura. Maka dibuatlah lensa konveks yang berfungsi untuk menghasilkan gambar yang lebih jelas dan lebih tajam. Pada waktu itu kamera obscura ini sudah berbentuk menjadi sebuah kotak yang mudah untuk dibawa dan dipindahkan.

Orang yang berjasa menyempurnakan kamera adalah Jacques Daguerre pada tahun 1837. Pada waktu itu ia menemukan lempengan yang diletakkan dalam alat camera obscura, hingga bisa langsung menyerap proyeksi gambar yang terpantul. Teknik mencetak karya Daguerre ini kemudian disebut daguerreotype. Namun teknik ini memuliki kelemahan yaitu hanya bisa bisa mencetak gambar sebanyak satu kali. Teknik ini kemudian dijual kepada pemerintah Perancis pada tahun 1839. Teknik mencetak gambar ini kemudian menjadi tersebar ke seluruh Eropa dan Amerika.

Lalu muncul teknologi baru yang bisa memperbanyak foto lewat kertas film negatif. Teknik baru yang disebut dengan calotype ini ditemukan oleh William Fox Talbot dari Inggris pada tahun 1844. Meski cetakannya tidak sebagus foto Daguerre, tapi dia bisa memperbanyak hasilnya berapapun jumlahnya. Proses ini kemudian dinamakan photography, dan kemudian diakui sebagai inspirator proses foto modern.

Setelah Daguerre dan William Talbot, pada tahun 1852, Frederick Scott Archer membuat temuan mencetak foto yang lebih cepat. Hanya dalam waktu 3 detik saja!! Caranya adalah dengan mencetak gambar pada saat plat film masih dalam keadaan basah. Teknik ini kemudian dinamakan collodion.

Pada tahun 1871, Richard Maddox menemukan gelatin, sebuah bahan yang digunakan untuk mencetak foto. Bahan ini menggantikan piringan kaca fotografik. Dengan penemuannya ini, gambar bisa dicetak lebih banyak dan kualitasnya lebih bagus. Ketika itu, kamera sudah ada yang lebih handy alias bisa ditenteng. Ini merupakan awal dari proses produksi massal film.

Tahun 1888 kamera Kodak portable box diperkenalkan oleh Eastman ke publik. Alat ini lebih ringkas dan sederhana daripada alat-alat fotografi sebelumnya. Alat ini sudah bisa digunakan oleh setiap orang, karena mudah digunakan.

Memasuki abad ke-20, penemuan di bidang kamera terus berlanjut dan teknik-teknik dalam fotografi pun berkembang dengan pesat. Pada tahun 1924, Leitz memperkenalkan Kamera Leica yang kecil dan sederhana dalam penggunaannya. Kamera ini kemudian menjadi standar para jurnalis di masa itu. Kemudian pada tahun 1947, Edwin Land menemukan kamera Polaroid yang memungkinkan untuk mencetak gambar secara langsung tanpa memiliki negatif film, karena film instant digunakan langsung di dalam kamera tersebut.

Kamera video yang bukan hanya bisa merekam gambar bergerak, tapi juga suaranya berhasil diciptakan oleh Philips dan Sony pada tahun 1979. Mereka juga memperkenalkan kaset video sebagai media perekamnya.

Kemudian pada tahun 1986, Kodak berhasil menemukan teknologi fotografi tanpa film, yakni melalui sebuah sensor pada kamera yang bisa merekam 1,4 juta elemen gambar. Kemampuan merekam gambar inilah yang kemudian disebut sebagai megapixles. Selanjutanya pada tahun 1990, Kodak memperkenalkan kamera digital pertama di dunia.

Fotografi Inframerah

Fotografi inframerah adalah suatu teknik dalam bidang fotografi untuk merekam cahaya yang oleh mata telanjang tidak dapat dilihat dan oleh karena itu diperlukan filter yang menampik hampir semua cahaya spektrum yang terlihat oleh kita dan mengijinkan cahaya inframerah (IR) untuk diteruskan masuk ke kamera, dengan catatan bahwa sensor atau film dalam kamera tersebut harus sensitif terhadap cahaya inframerah. Ketika teknik tersebut digunakan, hasil dari foto inframerah bisa menjadi foto hitam-putih yang kontras atau foto false-color, seperti contohnya warna daun yang hijau segar akan terlihat putih, pemandangan yang panas akan tampak seperti di musim salju dan seperti di dunia lain.
Kamera inframerah citra panas inframerah dari suatu benda. Namun penggunaan kamera digital untuk melacak radiasi panas dibatasi penyaring inframerah di dalam badan kamera, sebab bayangan yang terbentuk di sensor digital akibat pancaran inframerah dianggap bisa merusak kualitas gambar normal.

Inframerah kamera digital

Untuk Kamera digital SLR, berikut daftar kamera yang dapat digunakan untuk fotografi inframerah:
  • Nikon D50 - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72
  • Nikon D70 - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72, Ilford SFX200
  • Nikon D70s - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72
  • Nikon D100 - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72
  • Nikon D200 - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72
  • Canon 300D - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72, Ilford SFX200
  • Canon 1D - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72
  • Canon 1Ds - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72
  • Canon 1Ds Mark II - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72
  • Canon 350D - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72, Ilford SFX200, butuh exposure panjang.
  • Canon 20D - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72, Ilford SFX200, butuh exposure panjang.
  • Canon 5D - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72, butuh exposure panjang.
  • Canon 30D - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72, butuh exposure panjang.
  • Canon 400D - non bedah dengan Cokin 007, Hoya R72, butuh exposure panjang.

Fotografi Studio

Foto Studio  adalah jenis fotografi yang pada awalnya banyak dilakukan di dalam ruangan untuk menciptakan gambar sesuai keinginan fotografer. Fotografi jenis ini memerlukan banyak campur tangan teknis agar gambar yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang direncanakan. 


Sejarah
Fotografi studio dimulai pada abad 19. Kurangnya pencahayaan membuat fotografer berpikir keras untuk merekayasa pencahayaan di dalam ruangan, seperti memantulkan cahaya matahari dengan pemantul besar dari jalan ke jendela.
Namun penemuan pelat basah pada awal abad 20 membuat film menjadi lebih sensitif terhadap cahaya. Sehingga rekayasa cahaya tidak lagi berkutat di usaha untuk mendapatkan cahaya yang cukup untuk membakar film, tetapi juga mengolah cahaya tersebut agar menghasilkan suasana dan emosi tertentu.
Teater Broadway juga menyumbangkan banyak peran besar dalam perkembangan fotografi studio dengan memperkenalkan penggunaan setting dan penggunaan lampu studio. Hasilnya foto menjadi lebih dramatis dan artistik.


Spealisasi

Sebenarnya banyak sekali spesialisasi yang terbentuk seiring penemuan teknik baru yang memberikan keleluasaan kepada fotografer untuk merekam objek tertentu. Tetapi secara garis besar fotografi studio bisa digolongkan kepada spesialisasi berikut:
  • Fotografi potret
  • Fotografi still life
  • Fotografi fashion
  • Fotografi Interior
  • Fotografi wedding
  • Fotografi People
Keseluruhan spesialisasi ini terbagi lagi menjadi bagian yang lebih khusus. Misalnya fotografi still life dibagi menjadi fotografi otomotif, makanan, mesin, produk, dan sebagainya.

Pencahayaan

Pencahayaan memainkan peranan penting di dalam dunia fotografi studio, selain tentunya setting yang baik.
Variasi sudut, jarak, dan intensitas pencahayaan memperkuat suasana sebuah foto. Seperti misalnya pencahayaan dari depan kiri atas subjek dengan sudut 45 derajat akan memberikan suasana artistik, mirip lukisan still life pada masa lalu. Atau sinar dari belakang tepat di belakang kepala subjek fotografi potret akan memberikan kesan seseorang yang suci.

Peran dalam dunia seni dan desain

Fotografi studio banyak memberikan peran di dalam dunia seni. Di antaranya memberi referensi sangat detail mengenai subjek yang dipotret. Termasuk dengan memperlihatkan dengan mudah informasi mengenai pencahayaan. Informasi ini sangat berharga bagi seniman sebagai salah satu bahan studi dalam membuat karya.
Karya fotografi studio juga sangat dihargai dalam dunia desain, terutama promosi dan penerbitan. Misalnya fotografi makanan sebagai salah satu bagian spesialisasi fotografi still life yang mendominasi penerbitan buku dan foto produk kemasan. Keinginan dan kebutuhan manusia yang tidak pernah berhenti untuk mendapatkan makanan yang lezat menjadikan fotografi makanan bisnis yang sangat besar.

Referensi

  1. The Editors of Time Life Books. The Studios. Timelife International. ____: 1978
  2. The Editors of Time Life Books. Light and Film. Timelife International (Nederland B.V.). ____: 1975

Fotografi Makro

Fotografi makro adalah fotografi dengan jarak sangat dekat untuk mendapatkan detail yang tinggi namun tidak memerlukan bantuan alat pembesar optik seperti mikroskop. Fotografi makro biasanya memiliki rasio 1:1 yaitu besar gambar yang dihasilkan sama ukurannya dengan benda aslinya. Sebagai contoh, pada film 35 mm, lensa harus dapat fokus pada area sekecil 24×36 mm, yaitu ukuran gambar pada film.
Untuk fotografi makro, lensa makro adalah pilihan yang tepat. Lensa tipe ini biasanya memiliki perbesaran 1:1 atau bahkan lebih. Namun sayang, lensa makro identik dengan harga yang mahal. Oleh karena itu, anda dapat menggunakan alternatif lain seperti menggunakan extension tube, reverse ring atau filter close up. Berikut adalah cara cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan foto makro dengan biaya yang murah.
Cara pertama adalah dengan Filter close up.Filter close up adalah filter yang dipasang di depan lensa (seperti filter biasa) yang fungsinya seperti kaca pembesar yhang berguna untuk mendapatkan pembesaran fokus yang diinginkan. Dengan cara ini walaupun tidak memiliki lensa makro, dengan lensa kit biasa juga sudah bisa digunakan untukfoto makro.
Cara kedua adalah menggunakan reverse ring. Sebenarnya cara kerjanya reverse ring ini sama dengan membalik lensa agar bisa digunakan untuk foto makro. Reverse ring hanya sebuah alat bantu yang funsingnya untuk menyatukan badan kamera dengan lensa yang dibalik.
Cara ketiga adalah dengan makro extention tube. Extention tube ini berbentuk seperti pipa yang dipasang di antara badan kamera dengan lensa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan jarak fokus yang lebih dekat agar bisa fokus untuk memotret benda yang kecil.
Gunakanlah Aperture Sempit
Mengeksekusi foto makro biasanya dilakukan dengan jarang yang sangat dekat. Dan foto yang dihasilkan akan memiliki ruang tajam (DoF) yang sangat sempit. Oleh karena itu, gunakanlah aperture sempit (f/8 keatas) untuk memperluas ruang tajam yang didapat.
Cobalah untuk tidak menggunakan ISO tinggi
Jika alat yang anda pergunakan tidak memungkinkan mendapatkan perbesaran yang wah, dan berniat melakukan perbesaran dengan cara cropping, cobalah untuk tidak menggunakan ISO terlalu tinggi. ISO yang terlalu tinggi akan menimbulkan grain pada hasil foto, terlebih ketika anda melakukan cropping. Grain juga cenderung mengurangi ketajaman foto.
Pastikan kamera tidak shake/goyang
DoF yang sempit pada foto makro berdampak pada susahnya untuk melakukan fokus pada objek. Sedikit guncangan saja, maka fokus dipastikan dapat meleset. Untuk mengatasi ini, pastikan kamera tidak mengalami shake ketika akan melakukan eksekusi. Anda dapat menggunakan tripod jika ingin. Namun hal ini bisa diatasi dengan menggunakan speed tinggi diatas 1/125. Hal ini juga berguna untuk mengantisipasi pergerakan serangga.
Gunakan bantuan cahaya lampu flash
Foto makro yang dihasilkan dengan cahaya alami tentu saja sangat baik. Namun saya jarang sekali dapat mengeksekusi foto makro dengan setingan aperture sempit – ISO rendah – speed tinggi tanpa bantuan flash. Jika anda tidak memiliki external flash, anda dapat menggunakan internal flash pada kamera.
Cobalah untuk selalu menggunakan manual fokus
Untuk mendapatkan perbesaran maksimal, cobalah untuk selalu menggunakan manual fokus. Caranya, setting lensa anda pada manual fokus, dan gunakan titik fokus terdekat. Lalu temukan fokus yang tepat dengan memaju-mundurkan lensa di depan objek hingga mendapatkan fokus yang pas

Fotografi Kehidupan Liar

Kegiatan fotografi ini ditujukan untuk menangkap foto aksi binatang, seperti makan, berkelahi, atau terbang. Meskipun seringkali diambil dalam alam liar, daerah pertanian juga sering menjadi lokasi untuk pemotretan fotografi alam liar.
Teknik yang digunakan sangat berbeda dengan fotografi lanskap seperti penggunaan aperture yang besar untuk mendapatkan kecepatan rana, pergerakan obyek dan latar belakang yang kabur. Sementara itu pada fotografi lanskap lebih menggunakan aperture kecil. Banyak fotografer yang menggunakan peralatan kamuflase untuk mendapatkan foto dari bidang ini.

Tokoh dalam Fotografi

Albert Bierstadt * Alex Mendur * Alfred Eisenstaedt * Alfred Stieglitz * André Adolphe Eugène Disdéri * Andreas Darwis Triadi * Angelo Sala * Ansel Easton Adams * Art Wolfe * Arthur Korn * Bill Brandt * BowoLee * Brett Weston * Charles Babbage * Charles Mees * Charlie Waite * David Doubilet * Dennis Gabor * Dorothea Lange * Eadweard Muybridge * Edward Bausch * Edward Weston * Étienne Jules Marey * Eugene Smith * Erich Salomon * Ernest Hoff * Ernst Haas * Frans Lanting * Frans Sumarto Mendur * Galen Rowell * Gemma Fricius * George D. Lepp * George Eastman * Giambattista della Porta * Hannah Hoch * Hannibal Goodwin * Harold Edgerton * Henri Cartier-Bresson * Henry J. Newton * Humphrey Davy * Imogen Cunningham * Jez O'Hare * John Shaw * John Mullin * Johann Heinrich Schulse * Jonas Ferdinand Gabriel Lippmann * Joseph Nicéphore Niépce * Kassian Cephas * Konrad Zuse * Louis Ducos du Hauron * Louis-Jacques-Mandé Daguerre * Lewis W. Hine * Max Ernst * Raoul Hausmann * Redika Yudha Kurniadi * Richard Maddox * Robert Frank * Russell Kirsch * Sebastião Salgado * Thomas Alva Edison * Thomas Moran * Thomas Wedgwood * Tim Flach * Willard Van Dyke * William Albert Allard * William Henry Fox Talbot * Yasujiro Niwa * Yevgeny Khaldei

Jenis Kamera

Kronologi Perkembangan Fotografi

Sejarah Fotografi

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.